Selasa, 05 Februari 2013

My real Jackpot!

Beberapa waktu yang lalu, aku sempat berpikir, akan jadi apakah diriku ini nanti?
Boro-boro mikirin kerjaan, milih tempat untuk belajar (baca : universitas) aja udah pusing, mikirin nanti bakal kuliah jurusan apa udah bikin kepala mau botak.
Sempat terlintas di benakku, akan jadi apakah aku nanti? Apakah bisa membuat kedua orang tuaku bangga sekaligus bahagia?

Kilas balik ke masa lalu...
TK
Guru : "Cita-cita kamu ingin jadi apa?"
Aku : "Pengen jadi dokter bu."
Guru : "Wah, bagus itu, belajar yang rajin yaa."
SD kelas 1
Guru : "Tiara, besok kalo udah besar, pengen jadi apa?"
Aku : "Jadi guru bu."
Guru : "Wah, pinter, belajar yang rajin yaaa."
SD kelas 6
Guru : "Nanti kalo udah lulus dari sekolah ini, mau jadi apa?"
Aku : "Jadi dokter bu."
Guru : "Belajar yang rajin ya nak"
SMP kelas 9
Mama : "Kamu udah gede, harus bisa nentuin besok pingin jadi apa"
Aku : "Jadi arsitek aja deh ma"

Dan sampai sekarang aku masih bingung, sebenarnya aku ini ingin jadi apa?
Satu tahun yang lalu, aku sempat ngomong ke Mama soal tempat kuliah.
Aku : "Ma, aku pengen kuliah di UNAIR aja deh"
Mama : "Ambil jurusan apa?"
Aku : "Farmasi mungkin"

Hanya mungkin?
Aku nggak pernah yakin dengan pilihanku sendiri. Satu-satunya alasan kenapa aku memilih farmasi hanya karena kakak sepupuku batal kuliah di jurusan Farmasi dan langsung banting setir ke jurusan Teknik Elektro.
Saat naik kelas 11, aku masih mantap ingin masuk jurusan Farmasi, tapi beberapa orang di rumah bilang

"Kenapa nggak sekalian kedokteran aja? Nanggung banget masuk farmasi."

Aku mulai bimbang dan bingung (baca : GALAU). Sebaiknya gimana ini? Apakah terus atau pilih kedokteran?
Di saat-saat galau itu, aku malah mulai menyukai pelajaran Kimia. Entah mengapa hanya Kimialah satu-satunya pelajaran IPA yang langsung nyantol di otak. Untuk beberapa pelajaran lainnya, membutuhkan waktu yang lama untuk nyantol.
Tak lama setelah itu, aku diberitahu oleh guruku yang unyu (Bu Mudji)

"Kalo kamu mau masuk kedokteran rata-rata nilai Biologi harus 90 lho."

Tweeww, kata-kata singkat itu seperti pukulan telak buatku. Aku sadar, mengapa dulu guru-guru selalu bilang "Belajar yang rajin ya" pada saat aku bilang aku ingin jadi dokter. Memang benar-benar membutuhkan kerja keras.
Dan aku balik lagi ke pilihan awal yaitu Farmasi.

Tapii, beberapa bulan yang lalu, aku tiba-tiba bilang ke Mama "Ma, kalo aku masuk Teknik Kimia gimana? Gak jadi farmasi deh, ke ITS aja"
Dan Mama langsung semangat, katanya "Iya, di ITS aja, enak lho, tempatnya enak."
Papa juga bilang "Iya deh, lebih baik kamu di Teknik Kimia aja, papa liat kamu emang ada minat di Kimia"

Hahaha, dari Farmasi UNAIR langsung banting setir deh ke Teknik Kimia ITS.
So this is my real jackpot! What about you? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar